– Tidak terpengaruh gejolak politik
BANJARMASIN-Gejolak hubungan bilaterang antara Indonesia dengan Malaysia, belum berdampak pada investasi negeri jiran pada sektor perkebunan sawit yang ada di banua. Karena hingga kini, masih aktif seperti wakti-waktu sebelumnya.
Hal itu disampaikan Kepala dinas perkebunan Kalsel, Haryono. Menurutnya, sampai saat ini semua pekerja diperusahaan sawit milik investor Malaysia masih berkatifitas tanpa ada gangguan.
“Masih aktif dan pekerja tetap jalan. Sejak adanya gejolak itu kami juga memonitoring para pekerja yang merupakan penduduk daerah setempat,” ujarnya.
Perusahaan sawit milik investor Malaysia yang ada di Kalsel sebanyak 7 perusahaan. Mereka tergabung dalam induk perusahaan Minamas Group, yang berkembang di banua ini sekitar 15 tahun silam.
Perusahaan tersebut telah mengkapling 90 ribu hektar dari seluruh perkebunan sawit di Kalsel seluas 300 ribu hektar, yang berada di wilayah kabupaten Tanahbumbu (Tanbu) dan Kotabaru Kalimantan Selatan.
Dengan gejolak hubungan diplomatik tersebut, diharapkan tidak berdampak pada usaha tersebut. Karena, perusahaan itu telah memperkerjakan ribuan warga Kalsel di perusahaan itu.
“Kita juga terus memonitoring, semoga tidak sampai berimbas pada usaha itu. Karena banyak warga di kabupaten Tanahbumbu dan Kotabaru yang bekerja di perusahaan itu,” terang Haryono.
Potensi perkebunan sawit di Kalsel tidak bisa dikembangkan lagi, karena ketersediaan lahan sudah tidak ada lagi. Adapun lokasi yang menjadi perkebunan sawit tersebut antara lain di kabupaten Banjar, Tanah Laut (Tala), Tanahbumbu (Tanbu), Kotabaru, Hulus Sungai Selatan (HSS), Tapin dan Batola.
Sementara itu, menurut Kepala bidang perdagangan luar negeri Disperindag Kalsel, Siti Djumiah jumlah ekspor sawit Kalsel selama kurun waktu dua bulan mengalami peningkatan yang cukup signifikan.
Tahun 2009 lalu, ekspor sawit dari Kalsel mencapai 579,9 juta kilogram. Jumlah itu jauh lebih besar dibandingkan tahun 2008 yang hanya sebesar 120,9 juta kilogram.
“Memang dari data ada trend peningkatan yang cukup besar. Karena, sawit-sawit yang ada saat ini merupakan yang ditanam petani beberap atahun sebelumnya dan sekarang sudah mulai bebruah,” terangnya.
Selain itu, dari sisi harga juga mengalami peningkatan yang cukup menggembirakan. Karena dari total ekspor 120,9 juta kilogram, mampu menghasilkan uang sebesar Rp 96,1 juta dolar.
Sedangkan hasil ekspor sawit tahun 2009 yang mencapai 579,9 juta kilogram, menghasilkan uang sebesar Rp 373,8 juta dolar atau mengalami kenaikan sebesar 288 persen.***